Rasulullah saw tidak mempunyai manhaj selain Al Qur’an. Baginda tidak mempunyai universiti, institut atau sekolah untuk mendidik selain masjid. Murid-muridnya adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan sahabat-sahabat lainnya.
Dari madrasah itulah peradaban Islam bermula untuk mengubah dunia dengan manhajnya.
Adakah kita melihat sebuah madrasah yang lebih bersih dan lebih cerdas dari madrasah itu?
Satu kaum yang duduk di atas pasir. Universitinya dihamparkan oleh pelepah kurma dan mereka sering dibasahi oleh hujan sambil menunggu sesuatu yang turun dari langit.
Pembatasnya adalah iman manakala kesatuan hati menambah ikatan mereka. Mereka adalah para pengembala kambing tanpa alas kaki dan dengan pakaian yang bersahaja, namun mereka menjadi berwibawa dengan agama ini.
"Padahal kekuatan (kewibawaan) itu hanyalah milik Allah, RasulNya dan kaum Mukminin. Akan tetapi orang-orang munafik tidak mengetahuinya. " (QS Al Munaafiquun : 8 )
Dari madrasah itulah lahir orang yang :
- Paling cerdas yang pernah dikenali oleh dunia.
- Menjadi guru dunia dalam segala keutamaan dan ilmu pengetahuan.
Itulah madrasah yang :
- Dicurahkan Rahmat kepadanya.
- Dibacakan padanya ayat-ayat.
- Bersinar di dalamnya cahaya Rabbul `Alamin.
sehingga kemudiannya para alumninya menjadi guru-guru kepada dunia.
Ada beberapa pertanyaan yang melekat di dalam fikiran kita tentang generasi yang ditarbiyah secara langsung oleh Rasulullah saw itu :
- Apa yang mereka mimpikan?
- Apa yang mereka fikirkan?
- Apa yang mereka inginkan?
- Seberapa jauh cita-cita kelompok yang berkumpul secara sembunyi-sembunyi itu dan bermunajat secara perlahan-perlahan?
Tidak ada yang mereka inginkan selain :
- Mengisi kepala-kepala manusia dengan akal yang baru.
- Menegakkan agama baru di muka bumi.
- Mengulangi pembangunan seluruh manusia.
- Menghubungkan antara langit dan bumi sambil mengatakan, "KepadaMu kami mengabdi diri dan kepadaMu pula kami memohon pertolongan. "
- Memberi petunjuk kepada manusia dengan izin Rabb mereka kepada aturan baru dan kemanusiaan baru.
- Menghimpun hati manusia untuk menuju kepada Tuhan manusia.
- Memasukkan perasaan baru di hati manusia yang kemudiannya membentuk mereka menjadi umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, sebagaimana yang dikehendaki oleh Rabb manusia.
Itu semua dilakukan dengan tarbiyah yang bertumpu kepada tiga tonggak yang dengannya mereka merealisasikan pengabdian kepada Allah, Rabb sekalian alam.
Ketiga-tiga tonggak itu adalah:
PERTAMA : IMAN YANG SEMPURNA
Iman yang sempurna adalah iman yang membersihkan segala tujuan melainkan hanya untuk dakwah mereka.
Mereka telah mendengar seruan lalu mereka berlari menuju Allah sambil menjadikan `Laa ilaaha illallah'sebagai syi'ar mereka seraya menganggap kecil segala sesuatu selain kalimah itu.
Mereka tidak tertarik dengan peradaban Parsi dan Romawi serta tidak pula berminat dengan kemajuan materialistik kedua-dua peradaban tersebut pada masa itu.
Mereka juga tidak disibukkan oleh kemajuan ilmu yang dicapai oleh orang sebelum mereka kerana orang-orang itu mempertuhankan sesuatu selain Allah.
Bangsa Parsi, betapapun mereka mencapai kemajuan, namun mereka berada dalam kesesatan kerana mereka menyembah syahwat dan hawa nafsu mereka sedangkan ‘ahlul-kitab’ adalah sesat kerana mereka menjadikan para pendita dan para pemuka agama mereka sebagai tuhan, selain Allah dan oleh kerana itu, apa yang ada di bumi ketika itu beredar dalam orbit kesesatan apabila mereka tidak mengambil petunjuk dan cahaya Allah swt.
Begitulah mereka memandang peradaban yang ada di sekitar mereka kerana memang demikianlah madrasah Rasulullah saw mengajarkan mereka.
Madrasah itu telah mengajar dan mendidik mereka bahwa :
- Mereka berada dalam kebenaran yang nyata disebabkan mereka telah membersihkan diri dari penyembahan yang sesat berdasarkan hawa nafsu dan syahwat mereka dan mempersembahkan semua itu kepada Allah swt.
- Mereka tidak beribadah kepada selain Allah.
- Mereka tidak tunduk kepada selain Allah.
- Mereka tidak bersandar selain kepada Allah.
- Mereka tidak memohon selain kepada Allah.
- Mereka tidak merasakan kenikmatan selain ketika mereka merasa dekat dengan Allah.
- Mereka tidak merasakan penderitaan kecuali dengan dosa yang mereka lakukan akibat jauh dari Allah.
Perkara-perkara itulah yang menyatukan hati mereka setelah mereka mengetahui bahwa bumi ini akan Allah wariskan kepada orang yang Dia kehendaki dan bahwa kesudahan yang baik adalah milik orang-orang yang bertaqwa.
Maka padamlah segala sekatan pembeza yang ingin mengoyakkan kumpulan mereka dan berpotensi merenggangkan antara satu hati dari hati yang lainnya kerana memang mereka telah tercelup dengan celupan yang baru.
"(Pegang teguhlah) celupan Allah. Dan siapakah lagi yang lebih baik celupannya dari pada (celupan) Allah." (QS Al Baqarah : 138)
KEDUA : CINTA YANG TEGUH, PERSATUAN HATI DAN KESEPADUAN RUHANI
Atas perkara apakah mereka berselisih?
- Adakah disebabkan oleh sedikit keuntungan dunia?
- Adakah disebabkan oleh perbezaan peringkat, pangkat dan gelaran?
padahal mereka mengetahui :
"Sesungguhnya orang yang paling mulia dari kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa." (QS Al Hujuraat : 13)
Tidak ada faktor-faktor yang membuatkan mereka (para pembina sejarah dan peradaban rabbani itu) berpecah dan persatuan mereka terkoyak.
Maka, oleh yang demikian, mereka bersatu dan menjadi saudara di jalan Allah. Tidak ada seorang pun yang menghina yang lainnya.
Bahkan masing-masing mencintai saudaranya itu melebihi cinta kepada dirinya sendiri kerana mereka membaca firman Allah swt :
"Katakanlah jika bapa-bapamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, keluargamu, harta yang kamu kumpulkan, perdagangan yang kamu khuatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari pada Allah, RasulNya, dan jihad di jalanNya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan siksaNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik." (QS At-Taubah : 24)
- Cinta mereka di jalan Allah.
- Benci mereka kerana Allah.
- Mereka memberi kerana Allah.
- Tidak memberi juga kerana Allah.
Lalu terceluplah kehidupan mereka dengan cinta dan dengan cinta itu pula mereka menyampaikan dakwah kepada manusia. Begitulah mereka ditarbiyah.
KETIGA : MEREKA JUGA DIBINA UNTUK BERKORBAN SEHINGGA MENDORONG MEREKA UNTUK MEMPERSEMBAHKAN SEGALA YANG MEREKA MILIKI KEPADA ALLAH, RABB SEKALIAN ALAM
Ini berlaku apabila ada di antara mereka yang merasa keberatan untuk menerima `ghanimah' (harta rampasan perang) yang dihalalkan oleh Allah sehingga Allah swt menurunkan ayat :
"Makanlah dari sebahagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu sebagai makanan yang halal lagi baik." (QS Al Anfal : 69)
Jadi, dalam perkara yang halal sahajapun mereka amat berhati-hati dan meninggalkannya kerana menginginkan kebersihan perhitungan dari Allah.
Mereka ingin bahwa dalam amal mereka tidak akan tercemar dengan debu-debu kecintaan terhadap dunia.
Dengan cara itu mereka keluar dari :
- Kehinaan menuju kejayaan.
- Keterasingan menuju persatuan.
- Kebodohan menuju ilmu.
Merekalah pembangun peradaban dan pemberi petunjuk kepada manusia dalam ertikata yang sebenarnya dan semua itu mereka perolehi dari pensucian (tazkiyah) yang dilakukan oleh Rasulullah saw.
TARBIYAH JALAN KEMENANGAN
Lebih dari itu, jalan kita dalam mencapai kemenangan Islam adalah jalan tarbiyah.
Oleh kerana itulah Imam Hasan Al-Banna, seorang pelopor kebangkitan umat dan pengasas Ikhwanul Muslimin menegaskan di dalam risalah "Adakah kita golongan yang bekerja":
"Maka ketahuilah bahwa tujuan pertama yang digariskan oleh Ikhwanul Muslimin adalah tarbiyah sahihah, yakni pembinaan umat untuk menghantarkannya menuju keperibadian yang utama dan pemikiran yang luhur. Pembinaan (untuk membangun jiwa yang dinamik) itu ditegakkan dalam rangka merebut kembali kemuliaan dan kejayaan umat dan untuk memikul beban tanggung jawab di jalan yang akan menghantarkan kepada tujuan."
Mengapa demikian?
Ini adalah kerana tarbiyah akan membentuk dua unsur utama yang diperlukan dalam menegakkan Deenullah iaitu :
- Para pendakwah sebagai asas operasi.
- Masyarakat sebagai asas pendukung.
Kita memerlukan para pendakwah dalam jumlah yang banyak dalam rangka mempelopori perubahan Islam dalam masyarakat.
Namun, tanpa masyarakat yang tersentuh oleh dakwah ini, projek itu bukan sahaja tidak mendapat dukungan, malah boleh jadi akan ditentang dan dilawan.
Inilah yang tidak disedari oleh Gerakan Islam ketika mereka menyeru penegakan khilafah tanpa melihat persiapan masyarakatnya.
Apabila seruan ini mula tampil, masyarakat akan segera membuat tembok penghalang terhadap misi tersebut dan akhirnya akan menjadi lawan kepada dakwah tersebut.
Seruan kepada `Khilafah' memang didengari, tapi oleh telinga yang panas dan perkataan `Khilafah'memang dikenali tetapi dianggap sebagai sesuatu yang seram dan menakutkan.
Akibatnya, kegagalan dakwah begitu banyak memenuhi lembaran sejarah.
TARBIYAH DAN AKTIVIS DAKWAH
Bukankah tujuan kita dalam jamaah dakwah ini adalah dalam rangka bersama-sama menegakkan kalimah Allah?
Tujuan yang sama dengan apa yang telah dilakukan oleh para sahabat dan salafus soleh serta para mujahidin fii sabiilillah :
"Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah". (QS Al-Anfal : 39)
Tujuan yang mulia ini tidak dapat direalisasikan kecuali ianya juga dimulai dari orang-orang yang telah menyatu dengan tujuan itu.
Bagaimana mungkin seseorang mengumumkan sebuah tujuan dan mengajak manusia menempuh jalan ke sana sementara ia tidak berada di jalan yang sama?
Mengapa orang-orang Arab berbondong-bondong mengikuti Rasulullah saw?
Ini adalah kerana mereka melihat kebenaran Islam dan melihat dengan mata kepala mereka sendiri keteguhan Rasulullah saw dan para sahabatnya dalam menjejaki jalan Islam.
Sekali sahaja manusia melihat tidak konsistennya para penyeru dakwah, maka mereka akan ragu dan mempersoalkan kebenaran dakwah tersebut.
Mereka yang istiqamah yang menjadi pemikul dakwah di masa Rasulullah saw itu adalah mereka yang telah ditarbiyah oleh Rasulullah saw.
Semakin intensif tarbiyah itu, semakin tinggi kualiti mereka. Maka sejarah mencatat, para `Assabiquunal awwaluun' adalah orang-orang yang terbaik dan dari merekalah lahir pemimpin-pemimpin umat.
Semua `Khulafaur Rasyidin' adalah produk tarbiyah fasa Makkah. Sahabat-sahabat yang mengikuti tarbiyah sejak di rumah Al Arqam bin Abi Arqam telah menjadi penggerak-penggerak utama dakwah. Semakin intensif tarbiyah itu, semakin tinggi kualiti mereka. Namun, intensifnya tarbiyah tidak sama dengan lamanya masa tarbiyah.
Tarbiyah adalah jalan kita dalam meraih kemenangan. Maka, sesibuk manapun kita dalam amal-amal yang lain tidak boleh membuatkan kita meletakkan amal tarbawi di kedudukan yang lebih rendah.
Saat kita melanggar prinsip ini, akan berlakulah kerosakan yang akan membuatkan kita semakin jauh dari kemenangan dakwah.
Inilah yang berlaku ketika aktivis dakwah sibuk dengan aktiviti-aktiviti sosial dan politik, lalu ia mulai terlambat datang ke usrah atau halaqah. Kemudiannya dari terlambat sehingga ia mulai sering tidak hadir dalam halaqah. Dengan perlahan-lahan, semangat rabbani dalam dirinya akan hilang dan kegersangan ruhani mulai dirasakannya dan akhir sekali `futur' (kelemahan iman) pun melanda dirinya.
Bagaimana mungkin kita boleh mencapai kemenangan, jika kita tidak memenuhi syarat-syaratnya dan di antara syarat terpenting adalah tersedianya aktivis-aktivis rabbani dalam jumlah yang banyak.
"Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang rabbani. Mereka tidak menjadi lemah kerana bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar". (QS Ali Imran : 146)
DAKWAH ADALAH LILIN
Apa erti sebuah lilin dalam kehidupan?
Mungkin ini persoalan yang sering dipertanyakan kerana lilin hanyalah sebuah benda yang kecil dan kegunaannya hanya terserlah apabila lampu elektrik padam.
Namun apa yang perlu disedari ialah lilin adalah cahaya, manakala cahaya pula adalah sebentuk material. Kebalikan dari cahaya adalah gelap. Gelap bukanlah sebuah material kerana ia tidak memiliki daya. Ia adalah keadaan `vacuum' (hampagas) tanpa cahaya. Oleh kerana itulah, meskipun kecil, lilin sentiasa mampu untuk mengusir kegelapan.
Allah membuat perbandingan petunjukNya dengan cahaya dan kesesatan sebagai kegelapan. Ini memberi isyarat bahwa pasukan kesesatan tidak memiliki sedikitpun daya dan kekuatan di hadapan pasukan cahaya. Pasukan kesesatan ini hanya hadir apabila pasukan cahaya menghilang.
Sepanjang sejarah kita melihat bahwa umat akan mengalami kesesatan ketika roda "gerakan dakwah"berhenti bergerak.
Di sini tersiratnya sebuah kaidah dakwah bahwa :
"Gelap yang menyelimuti langit sebenarnya dapat diusir dengan mudah apabila kita mahu menyalakan lilin dakwah".
Berhentilah dari mengutuk gelap kerana ia tidak ada kewujudan dan tidak berdaya. Tidak ada yang dapat kita selesaikan dengan kutukan seperti halnya dengan ratapan di hadapan bencana yang tidak ada gunanya serta suatu perbuatan yang sia-sia.
Namun kita masih memiliki satu sikap lain yang lebih `ijabiah' (positif) dalam menghadapi realiti. Kenyataan yang paling buruk sekalipun tidak boleh melebihi kapasiti jiwa dan iman kita untuk menghadapinya. Inilah resepi kita.
Maka, dalam susasana kegelapan itu, lebih baik kita menutup mata lalu kita nyalakan lilin dan katakanlah dengan suara yang mantap :
"Telah datang kebenaran, sesungguhnya kebatilan itu pasti padam".
Ya Allah, tetapkanlah kami di atas jalan dakwah dan tarbiyah ini kerana dengan melalui madrasah inilah Rasulullah saw berjaya membentuk ruh yang baru dan ummat yang terbaik yang menyeru manusia kepada penghambaan yang sepenuhnya kepada Rabb dan Ilah yang Esa serta mencegah manusia dari terjebak ke dalam jeratan-jeratan iblis dan `thaghut' yang menyesatkan mereka.
No comments:
Post a Comment